Kegelapan

#30HariMenulis_Hari_11

Jangan takut akan gelap

Karena gelap melindungi diri kita

Dari kelelahan~

Masih ingat penggalan lagu itu? Yak, yang tau berarti udah tua hahaha, soalnya lagunya udah lama banget loh. Tasya aja dulu masih bocil, alias bocah cilik, sekarang udah gendong anak loh. LOL Continue reading

Lucky number…

#30HariMenulis_Hari_10

As long as I can remember, 7 selalu jadi NOMORKU. Angka ini memang banyak yang mengaitkan dengan keberuntungan, buatku pribadi ini adalah tanggal kelahiran yang lalu menjadi angka favorit sepanjang masa. Maka tidak heran semua akun media sosialku kebanyakan ada angka 7 nya. Seperti sudah otomatis aja rasanya harus dekat dengan angka 7. Continue reading

The Beauty Of Being Fansubber

#30HariMenulis2019_Hari_2

Sudah setahun belakangan ini ada satu kegiatan yang menurutku cukup produktif dalam dunia fandom per-Jepanganku, kalau sebelumnya aku hanya bergelut dalam dunia literasi sebagai penulis fanfic, kali ini aku naik satu tingkat lebih nekad (?) yaitu jadi Fansubber. Mungkin yang tidak familiar dengan fansubber, jika kalian pernah mengunduh film di internet, kalian akan menemukan nama yang tidak asing di jagat persilatan(?) seperti Pein Akastsuki atau Lebah-Ganteng yang namanya muncul sebelum kalian bisa menikmati filmnya dengan teks di bawah layar atau biasa kita kenal dengan subtitle.

Sebenarnya dalam dunia perfandom-an fansubber ini cukup banyak ditemukan, buat aku pribadi dulu belum berani untuk melakukannya karena merasa bahasa Jepangnya belum level advance, jadi selama ini hanya jadi penikmat saja. Jalan masuk ke dunia fansubber saja dimulai secara tidak sengaja pada saat aku dimintai tolong untuk menjelaskan obrolan Hey! Say! JUMP (idol grup Jepang) di sebuah acara. Aku merasa harus menjelaskan secara detail tapi ditulis keseluruhan tentu saja aku harus sambil menjelaskan keadaan saat member idol grup itu berbicara sesuatu, bikin lelah dan malah bisa-bisa jadi tidak jelas. Lalu dengan modal nekat akhirnya aku pun mencari tau soal fansubber ini. Semuanya belajar sendiri, awalnya aku bertanya kepada orang yang sudah pernah membuat subtitle dan menemukan aegisub (software untuk membuat subtitle), tapi aku belajar sendiri mulai dari timing (waktu ucapan dan waktu keluar subtitle harus bersamaan), dan styling (membuat subtitle enak dibaca tidak tabrak warna, dsb), setelahnya juga untuk encoding file* menjadi hardsub (subtitle muncul di dalam video tanpa harus mengunduh dua file video dan subtitlenya)

Membuat subtitle sebuah film, acara, ataupun drama itu cukup bikin sakit kepala kadang-kadang. Jadi dari video dan audio yang kita dapat, kita harus timing + translate manual kalo memang nggak ada timing dan translate yang udah siap dipakai (ini biasanya ada di situs yang harus menyelam sambil minum air alias ribet banget nyari nya shay). Apalagi dalam hal ini acara Jepang dan Film Jepang biasanya tidak seperti film Hollywood yang biasanya sudah ada teks bahasa Inggrisnya. Jadi kita mengerjakan segala sesuatunya sendiri, from the scratch. Masih mending kalau para tokoh di dalam video tersebut bicara sendiri-sendiri, tapi dalam acara mereka berbicara bersahutan sehingga membuat waktu timing menjadi dua kali lipat lamanya.

Lalu apa sih ‘indah’ nya menjadi seorang Fansubber? Banyaaaakkk~

Yang utamanya bisa belajar banyak hal dan banyak bahasa baru. Karena ketika membuat subtitle sebuah video, kita dituntut untuk ‘serba tahu’ dengan apa yang dibicarakan dalam video. Jadi kalau misalnya video tersebut sedang membicarakan soal Baseball, aku bisa menghabiskan 30 menit untuk mencari peraturan baseball, istilah-istilahnya dan peraturannya hanya untuk percakapan berdurasi kurang dari 5 menit. LOL. Tapi tambah ilmu, kan? Jadi tau soal baseball. Pun ketika mencari istilah medis ketika membuat subtitle drama medis, dsb. Menambah juga kosa kata dalam bahasa yang kita translate (dalam kasusku Bahasa Jepang).

Menambah banyak teman. Serius, ketika mulai jadi fansubber, aku berasa lebih sering dicari orang. Ya iya, untuk nanya progress subtitle sampai mana, apalagi kalau videonya bersambung seperti drama. Mendadak jadi artis kalau subtitle tidak kunjung keluar padahal episode selanjutnya sudah keluar. LOL

Dan yang paling ‘indah’ belajar jadi orang super sabar dan ikhlas. Sabar ketika subtitle yang sudah dibuat susah payah, mendadak raib gara-gara salah pencet tombol Close tapi belum di simpan. Sabar ketika subtitle sudah di styling ala-ala, pas sudah jadi stylenya tidak keluar. Ikhlas ketika subtitle yang dibuat oleh darah dan keringat karena bikinnya sampe selonjoran pegel encok karena terus menerus di depan laptop demi rilis tepat waktu tiba-tiba ada di Youtube atau ada yang menguggahnya di situs lain tanpa sepengatahuan kita atau bahkan dijual dalam bentuk keping DVD bajakan. Kita yang encok mereka yang dapet duitnya.

Indah banget kan? Ayo apa ada yang mau gabung jadi Fansubber juga? Siapa tau ada yang mau bayar juga. LOL (Ini bukan iklan, hanya sekedar tawaran).

 

Words count : 625

Kembali Menulis

#30HariMenulis2019_Hari_1

Kapan pertama kali menulis? Kalau ada pertanyaan seperti itu mungkin jawabannya adalah sejak di bangku sekolah dasar. Saat itu karena senang membaca dan diberi fasilitas seperti buku dan majalah Bobo yang hits pada masanya itu, menumbuhkan keinginan menulis juga.

Membaca setiap cerpen atau cerbung yang ada di majalah membuatku merasa ingin ikut merangkaikan kata. Kegiatan manulis kala itu adalah arti yang harfiah aku benar-benar menulis menggunakan tangan, di atas kertas, yang kalau ada salah penulisan repot pake banget harus dihapus menggunakan tipe-x yang kebanyakan hilang bin raib hanya dalam hitungan hari setelah dibeli. Kelas 5 SD akhirnya orang tua membelikan seperangkat komputer. Memang alasannya karena kakakku akan segera masuk SMA dan butuh komputer untuk mengerjakan tugas. Tapi karena itu aku jadi kecipratan manfaatnya. Saat itu aku mulai diajari menulis di software Word, asik merangkai kata demi kata. Ceritanya pun tidak pernah rumit, hanya cerita tentang anak nakal di Sekolah atau cerita perjalanan ke rumah nenek.

Saat itu menulis terasa menyenangkan, tanpa beban, tanpa perasaan takut dihakimi atau merasa gagal dalam penulisan. Menulis menjadi hobi yang menenangkan, tidak ada perasaan “Aduh, ini tulisannya dibaca orang nggak ya?” atau “Aduh, ini penulisannya jelek nggak ya?”. Karena banyak ketakutan itu pun aku sering berhenti menuangkan ideku yang sudah setengah jalan.

Selain itu ada alasan lain : Sibuk. Ya ya ya, ini benar-benar alasan klasik. Padahal di rumah ngapain sih, Din?

Nggak ngapa-ngapain sih.

Hanya saja karena jarang membaca, perlahan kemampuan menulis pun jadi menurun. Aku pernah dengar kalau ingin bisa menuangkan isi kepala, maka aku pun harus bersedia terus-menerus mengisi isi kepala itu dengan pelbagai macam bacaan. Itu dia yang jadi kendala ketika membaca status atau kepo-in instagram masak memasak lebih menarik daripada membaca buku.

Maka dari itu kali ini aku berniat untuk menyelesaikan misi (?) 30 hari menulis tanpa ada bolong. Mencoba menjadi disiplin sambil meneruskan banyak tulisan yang terbengkalai. Mungkin juga dengan mengikuti tantangan ini, aku bisa kembali menemukan diriku di umur 10 tahun, di kelas 5 SD, yang menulis untuk kesenangan pribadi, menuangkan ide tanpa harus takut dinilai, dicibir orang karena saat itu aku tidak pernah peduli soal itu. Aku rindu diriku yang menulis karena senang menulis, bukan karena ingin dipuji atau dibaca oleh orang lain.

 

Words count : 366

#30HariMenulis Day 17 – Sekolah??

Kembali mencoba menulis, walaupun sudah mulai kendor dan merasa bersalah banget karena gak bisa konsisten.. :p

Sekolah…

Bicara soal sekolah bicara soal pelajaran, bicara soal pendidikan. Saya orang yang cukup suka sekolah, untuk alasan : ketemu sama temen-temen, selama masih TK sampe SMP saya suka belajar, suka banget ngejar titel ‘rangking’ di kelas, hingga saat SMA mungkin saya lelah dan nilai saya jadi average alias biasa-biasa aja. Mungkin saya mengalami kebosanan belajar saat itu dan motivasi saya pun turun drastis. Continue reading

#30HariMenulis Day 14 – Happy!

Kemarin kelupaan nulis, dilanjutlah dulu hari ini, yang bolong-bolong nanti menyusul.

Sudah hari ke 14dan tema hari ini adalah menceritakan waktu dimana anda merasa BAHAGIA. Cukup sulit menentukan kapan saya merasa bahagia. Bukan karena jarang bahagia, justru karena saya kayaknya bahagia-bahagia aja. LOL. Bisa makan mie setelah perjuangan diet dua minggu, bahagia. Bisa nonton marathon Harry Potter, bahagia. Baca novel bagus, bahagia. Pokonya dikit-dikit merasa happy biar ga stress hidupnya… #plakk

happiness quotes

Continue reading