#30HariMenulis_Hari_6
“Eh, maksudnya yang mau dibawa pulang ama majikan gue tuh dia?” Tanya Kyo sambil melirik seekor anak kucing berwarna hitam putih yang tertidur melingkar di atas sebuah bantal.
“Kayaknya gitu sih,” jawabku. Sudah setengah jam sejak Dini, majikanku, dan majikan Kyo serta salah seorang teman mereka sedang berbincang di ruangan depan. Aku, Kyo dan satu kucing seukuran kami yang tadi Kyo bilang majikannya akan membawa dia juga, dibiarkan bermain di ruangan sebelah.
“Kalau majikan gue berpaling sama dia gimana?” Tanya Kyo, mukanya merengut seakan tak percaya kalau majikannya malah mau membawa kucing kampung, berbeda dengannya yang kucing mahal yang majikannya beli di pet shop.
“Ya itu sih derita lo!” ucapku, rasa-rasanya aku mulai lapar dan aku ingat Dini menyimpan makanan kesukaanku di dalam tas ketika pergi tadi. Susah payah aku melompat melewati beberapa barang sampai di kaki dekat tas Dini tergeletak.
“Nanti jatuh loh!” seru Kyo dari kejauhan ternyata dia memperhatikan aku.
Aku yang kelaparan tidak peduli dan segera melompat ke dalam tas milik Dini, aroma camilan kucing tercium di hidungku, aku mengais-ngais dengan tanganku yang kecil, tapi pandanganku teralihkan dengan sebuah benda pipih panjang berbentuk bulat. Ini apa ya? Gambarnya abstrak karena aku melihatnya dari jarak sangat dekat, ku belai permukaannya yang tertutup plastik, licin, dingin, pipih dan putih. Menyenangkan karena setiap aku melompat sambil mencengkramkan kuku kuku ini, aku terjatuh, kucoba lagi, begitu terus.
BRAKK
Tas Dini terguling, aku ikut berguling keluar dari tas berwarna merah itu, kulihat mata Dini melihat ke arahku, “Meong~” ucapku tentu saja dia tidak mengerti apa yang kukatakan.
“YA AMPUN!!” serunya histeris. Aku kaget, mundur beberapa langkah dari tempatku, “ASTAGAAA!! UCHIWA* NYA TAIGA RUSAAAKKK!!!” serunya, matanya marah menatapku, “Hoku kucing nakal!!” katanya, kulihat benda pipih tertutup plastik itu sudah tak karuan bentuknya.
Dini terlihat shock, “Ya ampun sayang banget itu limited edition, kan?” ucap salah satu teman Dini, gadis itu pun mengangguk sambil menangis tersedu-sedu.
Aku berbalik dan segera melarikan diri. Dini pasti marah besar, dia menangis, bahkan sampai berteriak padaku. Kudengar Kyo berteriak padaku “Hoku!!! Hoku!!” tapi aku tetap berlari, mencari tempat persembunyian, kutemukan sebuah kursi besar dan aku berlindung di sana.
Entah sudah berapa lama aku di sana ketika aku mendengar sayup-sayup ada yang memanggilku, Kyo?
“Hokuuuu??!” Eh, suara Dini!! Aduh bagaimana ini kalau Dini mengusirku? Ada kucing lain tadi apa Dini akan membawa kucing itu dan melupakan aku? Belum sempat aku berpikir lagi, kulihat mata majikanku melihat tepat ke arahku, “Ya ampun dicari-cari malah ada di sini, jangan kabur-kaburan terus dong,” ucapnya seraya menarikku dari bawah kursi dan mendekapku.
“Maaf,” ucapku lirih, “Maaf merusak benda kesayanganmu,” tambahku tapi tentu Dini hanya bisa mendengar “miawww miaww…”
“Pasti lapar ya? Ayo makan dulu,” katanya sambil membelaiku sayang.
“Hoku-nya ketemu, Din?” Tanya majikan Kyo yang juga sedang menggendong Kyo.
“Ketemu, di kamar sebelah sana, dia kaget kali ya tadi aku bentak. Kalau Hoku yang hilang aku jantungan deh, jangan kabur-kaburan lagi ya Hoku,” katanya lalu menciumku pelan.
Aku tersenyum ternyata Dini masih sayang padaku.
Words count : 491